Jumat, 29 Desember 2017

CARA MENGHAFAL AL QUR’AN MENURUT BEBERAPA VERSI

CARA MENGHAFAL AL QUR’AN MENURUT BEBERAPA VERSI
1. Versi Rasulullah
 Bacalah Al Qur’an siang dan malam secara rutin. Rutinitasnya harus dijaga untuk mempertahankan daya
      Ingat, jika rutinitas dilanggar maka akan ada ayat yang terlupakan. Hal ini diperkuat dengan :
      a. Sabda Nabi.
          Dicatat oleh Ibnu Nashr dalam Qiyamul Lail (73), Yunus bin Abdil A’la menuturkan
          kepadaku, Anas bin ‘Iyadh mengabarkan kepadaku, dari Musa bin ‘Uqbah, dari Nafi’ dari Ibnu Umar
          Radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, Beliau bersabda, “Jika seseorang Shahibul
          Qur’an membaca Al Qur’an di malam hari dan di siang hari ia akan mengingatnya. Jika ia tidak
          Melakukan demikian, ia pasti akan melupakannya.”
          Hadits tersebut dicatat juga oleh :
-          Imam Muslim dalam Shahih (789)
-          Abu ‘Awwanah dalam Mustakhraj (3052)
-          Ibnu Mandah dalam Fawaid (54)
     b. Hadits Riwayat Muslim 789.     
         “Pemisalan Shahibul Qur’an itu seperti unta yang diikat. Jika ia diikat , maka ia akan menetap. Namun
         Jika ikatannya dilepaskan, maka ia akan pergi.”

 2. Versi Al Qurthubi (Ulama Besar dari Cordova, Andalusia/Spanyol)
         “Hal pertama yang mesti dilakukan oleh Shahibul Qur’an adalah mengikhlaskan niatnya dalam
          Mempelajari Al Qur’an yaitu hanya karena Allah ‘Azza wa Jalla semata.”

3. Versi Syaikh Shalih Al Maghamisi (Pakar Ilmu Al Qur’an/Imam Masjid Quba,
    Madinah).
    “Waktu menghafal Al Qur’an yang utama itu tergantung keadaan masing-masing
    Orang yang hendak menghafal, tapi berdasarkan tajribat (pengalaman), waktu
    yang paling baik adalah setelah shalat shubuh.

4. Versi Abu Musa (Ayahnya Musa, Musa adalah anak usia 5 tahun dari Bangka yang     
    mampu menghafal 30 juz Al Qur’an).
    Jika anak kita ingin bisa menghafal Al Qur’an maka :
        - Ayah Ibunya harus soleh dan solehah, istiqomah, dan sabar luar biasa
        - Tegakkan amar ma’rup nahi munkar kepada anak
        - Jauhkan dari musik dan tontonan yang merusak
        - Tanamkan akidah dan tauhid kepada anak
        - Tanamkan/jelaskan siapa ahli shalat dan ahli maksiat
        - Orang tua harus bisa menjadi teladan yang baik untuk anak
        - Orang tua harus “tega” ketika mendidik anak dalam hal belajar
        - Buat jadwal waktu untuk anak, belajar, makan, mandi, main, dll
        - Tidak usah memperdulikan apa kata orang ketika sedang mendidik anak

5. Versi Anak Palestina Penghafal Al Qur’an (Dari catatan Syaufi M Rabbani,
    Relawan Rumah Zakat Indonesia yang pernah datang ke Palestina tahun 2012)
    a. Sebelum tidur kita harus membaca halaman atau ayat yang sedang dihafal,
        sebanyak 10 kali.
    b. Pada bacaan/hafalan yang ke-10 harus benar-benar lancar dan tidak boleh ada
        kesalahan tajwid.
    c. Setelah Qiyamu Lail, mengulang lagi ayat yang dibaca 10 kali sebelum tidur
        tadi.
    d. Harus punya target, jika tidak maka akan berleha dalam menghafal Al Qur’an
    e. Setelah shalat shubuh lakukan murajaah (pengulangan)
      f.  Lakukan shalat Dhuha 8 rakaat, setiap rakaat diulang satu ayat.



6. Versi Rasya el-Ghayyar (Orang Mesir, Ibu dari 3 anak penghafal Al Qur’an
    Termuda di Dunia, Tabarak, Yazeed, dan Zeenah)
    a. Banyak tilawah. Biasakan membaca Al Qur’an sejak sebelum menikah. Ketika
        sudah menikah apalagi sedang hamil membacanya harus lebih sering
        disbanding hari-hari biasa.
    b. Selalu berusaha menghafal Al Qur’an, terutama ketika sedang hamil.
    c. Berdo’a sebagaimana do’a istri Imran. “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku
        menadzarkan kepada Engkau anak yang ada dalam kandunganku menjadi
        hamba yang shalih dan berkhidmat.Karena itu, terimalah (nadzar) itu dariku.
        Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
        (QS Ali Imran : 35)

7. Versi Deden Muhammad Makhyaruddin, MA. (Orang Cianjur-Jawa Barat, Juara 1
    Internasional Lomba Tahfizh 30 Juz dan Tafsirnya Tahun 2011 di Maroko)
    a. Menghafal Al Qur’an itu sangat mudah “semudah bernafas” kecuali yang
        berpenyakit “asma”, asma hatinya asma imannya.
    b. Jika Al Qur’an diibaratkan oksigen, maka menghafalkannya seperti bernafas
        dengan Al Qur’an. Siapapun anda, anda adalah penghafal Al Qur’an. Tidak ada
        manusia yang bisa hidup tanpa oksigen sebagaimana tidak ada manusia
        mukmin yang bisa hidup tanpa Al Qur’an.
    c. Menghafal Al Qur’an ibarat menyantap makanan. Makan akan nikmat jika
        dilakukan sesuai kebutuhan suapan/asupan makanan. Menghafal akan nikmat
        jika sesuai kebutuhan asupan hafalan.
    d. Makan yang enak itu makan yang sesuai comotannya. Kalau makan langsung
        sepiring masuk mulut pasti tidak enak. Menghafal Al Qur’an itu perlu tahapan
        langkah demi langkah tidak bisa sekaligus banyak.
    e. Dalam 1 hari hafalkan Al Qur’an sesuai yang dibutuhkan apakah 1 lembar, 1 surat,
        1 ayat, bahkan seperempat ayat.
    f. Jangan sekali-kali meremehkan 1 “suap” hafalan walaupun sedikit harus disyukuri
        nanti bisa nambah.
    g. Rasa senang saat menghafal, menjadikan penghafal tidak akan kuat kalau berpisah
        dengan ayat itu, nggak bakal lupa, itu kalau sudah disyukuri. Kalau ada orang
        yang sudah hafal 1 juz tiba-tiba lupa lagi itu tanda hafalannya tidak disyukuri.
    h. Tujuan makan adalah bukan ingin cepat-cepat kenyang/habis tapi bagaimana
        proses makan itu bisa dinikmati, kalau sudah bisa dinikmati maka akan kenyang/
        habis dengan sendirinya. Kalau seseorang sudah nikmat dlam menghafal Al Qur’an
        ia sama sekali tidak menginginkan cepat-cepat habis. Itu tandanya sudah nikmat,
        kalau sudah nikmat, kapanpun kita itu bakal selesai menghafalnya.

8. Versi Penggembala Kambing (Orang Kuwait kerja di Arab Saudi sebagai
    Penggembala Kambing)
    Pada setiap pagi setelah shalat subuh aku menghafal ayat-ayat al-Quran sebanyak dua lembar. Setelah menggembala kambing, dan hendak pulang ke kemah, aku mengulang kembali hasil hafalanku yang kudapat pagi tadi, lalu hafalan itu diulang kembali pada keesokan harinya.
Keesokan harinya, sebelum berangkat menggembala kambing, aku mengulangi hafalanku yang kemarin. Apabila hafalanku yang kemarin itu sudah mantap, maka aku mulai menambah hafalanku dengan ayat-ayat yang baru. Hal yang sama juga aku lakukan ketika pulang ke kemah, yakni mengulangi kembali hasil hafalanku pagi tadi dan mengulang kembali hafalan hari ini pada keesokan harinya lagi. Adapun hari Kamis dan Jum’at aku khususkan untuk mengulang semua hafalanku.

Sumber Pustaka :

Para Penghafal Al Qur’an yang hebat Oleh Eep Khunaefi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar